Hai Sayang..
Selamat pagi yang sudah terlanjur siang.. Hehe
Maaf bila ini adalah saat yang tidak tepat untuk sekadar bercerita padamu. Boleh kan? terimakasih sudah dimaafkan..
Tadi pagi, aku terdiam, di hadapan styrofoam kuning yang bersandar tembok, kuposisikan berdiri di meja kamarku
Styrofoam yang mungkin juga sudah kamu tau, sebagai apresiasi atas peringatan hari lahirku sebulan lalu
Jika kau tanya dari siapa? Tentu dari orang-orang terkasihku di sana. Ya, sebuah kejutan spesial dari seorang yang spesial.
Aku berterimakasih padanya sekali lagi. Karena dia menginspirasiku untuk menulis ini.
Dia menginspirasiku untuk bercerita tentang hari lahir, tentang anak kecil, masih tentang cinta.
Orang tuaku bilang, Aku lahir pada Juli, di hari senin, 23 tahun yang lalu. Di sebuah kasur hangat yang dibeli oleh kehangatan cinta kedua pahlawan superku
Jika boleh kuingat. Sekitar usia sekolah dasar. Aku menyukai seorang gadis kecil, anak bungsunya pak ustadz. Ya, aku suka anaknya pak ustadz karena wajahnya manis sekali jika dipandang. Berawal dari ledekan kaka kandungku, aku jadi menyukainya.
Entah, setiap kali kudengar gadis itu disukai yang lain, aku memilih untuk berhenti mengaguminya tanpa ada rasa cemburu, lalu menemukan gadis lain.
Tentu, di usia itu aku tidak tahu terbuat dari bahan apa dan ada di mata pelajaran sekolah dasar mana, rasa cemburu itu?
Saat berbagi unek-unek dengan teman masa kecil kita selalu bilang "aku suka dia". Daripada "aku sayang dia" atau "aku cinta dia". Sebab kedua kata sakral itu terlalu berat bagi anak-anak yang mudah terkena bisul, masih sibuk mengelap ingus, nonton kartun, atau bermain apa saja yang menyenangkan hati di usianya.
"Suka" mungkin lebih tepat disandingkan pada anak kecil yang belum tahu
menahu tentang anugerah dari-Nya, sebuah perasaan maknawi yang
seringkali orang dewasa menyebutnya sebagai "cinta"
Dan kau ingat kata 'cieee'? yang lebih sering sukses membuat dua anak kecil jadi salah tingkah atau malu-malu kucing? Hehe
Mungkin kau menerka-nerka sesaat, kau pernah dapat atau menghadiahi temanmu sebuah kata 'cieee' sewaktu kecil. Hanya karena yang lainnya melihatmu bercanda dengan lawan jenismu? Hahaha. Aku yakin kau pernah. Itu mungkin momen teraneh, tapi juga jadi salah satu cerita jenaka yang pernah kita alami.
Tapi, kata 'cieee' bagi remaja yang beranjak dewasa, sebagian orang tentu setuju, bahwa 'cieee' kadangkala adalah ungkapan rasa cemburu. Mungkin kau salah satu orang yang setuju? Sudah, jujur saja! haha
Tapi juga, kata 'cieee' sangat tidak tepat dihadiahi pada dua orang dewasa yang jatuh cinta. Karena kata 'cieee' sudah ada dan sesuai pada masanya.
Aku yang masih ingusan juga pernah menyukai gadis lainnya, gadis yang rambutnya sangat khas dikepang dua. Sampai suatu ketika, aku menyaksikan dia, yang jaman itu populer dengan sebutan 'ditembak' sahabatku sendiri. Suka dalam diamku berakhir hari itu. Tapi lagi-lagi, sebagaimana anak kecil lainnya, aku tak paham seperti apa itu rasa cemburu. Bahkan aku turut senang, dan mengucapkan selamat pada sahabatku. Hal seperti itu dikenal sebagai 'Nikung' di masa kita sekarang. Haha
Tidak berhenti sampai di situ. Dua tahun sebelum lulus sekolah dasar. Aku berjumpa dengan seorang gadis berponi. Si Hitam Manis. Dia sering menyuratiku, demikian juga aku yang rajin membalasnya. Dan saat itu, kami adalah dua anak kecil yang saling menyukai satu sama lain. Seakan, berkejaran dan saling bertukar ejekan adalah mata pelajaran sekolah dasar yang paling menyenangkan.
Sampai tiba waktunya, dia menyuratiku, dia sedih katanya, karena setelah kenaikan kelas 6, dia harus pindah rumah, juga pindah sekolah. Karena SDN Cipayung II, tempat kami berjumpa, terlalu jauh untuk rumah barunya.
Aku sedih kehilangan teman. Sekaligus juga sedih, suka dalam diamku tak lagi tersampaikan.
Tapi kukira, jauh di sisi lainnya. Anak kecil lebih cepat bahagianya, daripada orang dewasa.
Mereka akan segera lupa akan sedihnya, ketika kesenangan baru ada di hadapannya. Anak kecil selalu mewujudkan apa yang dimimpikannya, sambil mengikat kain sarung ke lehernya bak jubah emas, dia bermimpi bahwa dirinya adalah seorang pahlawan, seorang jagoan, atau seorang dengan kekuatan super yang bahkan bisa mengobati hatinya sendiri di saat sedih. Seakan dia sadar, bahwa dia adalah satu-satunya pemberani di muka bumi.
Berbeda dengan banyak orang dewasa yang selalu menyerah, sebelum melakukan apa-apa. Orang dewasa kadangkala berhenti bermimpi atau sempat bermimpi tapi hanya sekadar mimpi. Tidak lebih dari apapun. Dan benar saja, aku merenungi ini ke dalam diriku. Bagaimana denganmu?
Bicara anak kecil, sekitar 3 tahun yang lalu. Aku mengajar di salah satu sekolah dasar terpencil di daerah Garut, Desa Kramatwangi, daerah Cisurupan. Aku jadi ingat, anak-anak didikku memberiku julukan 'kakak jenggot'. Karena di antara Kakak-Kakak pengajar yang lainnya, hanya aku yang berjenggot. Aku juga mendapat gelar 'kakak terlucu' karena memang aku suka memancing tawa mereka. Aku suka sekali melihat anak kecil tertawa. Meledek siapapun memang hobiku.
Dan di akhir masa mengajar, perpisahan itu tiba. Aku masih ingat, tangis haru pecah satu sekolah. Mereka bergantian memeluk kami, Kakak-kakaknya. Sambil menyambut pelukan mereka, aku menatap langit, berusaha menahan tangis. Menolak momen menyedihkan itu. Aku tak ingin mereka menangis karena melihat wajah sedihku.
Lalu, di antara mereka. Seorang gadis kecil datang padaku. Aku merendahkan tubuhku, menyamai tingginya. Dia memelukku sambil terus menangis. Dia berusaha bilang padaku dengan suara yang parau, agar aku tak melupakan mereka, dia menyayangiku katanya. Aku hanya tersenyum, dan hanya mengiyakan permintaannya, sambil berusaha melarang tangisnya untuk muncul kembali, walau memang tidak mungkin. Kemudian, bekas basah dari bibir mungilnya, dia kecupkan di pipi kananku. Aku masih sangat ingat itu.
Jika kau mencintai orang yang spesial bagimu saat ini. Mungkin, kadang cinta memang harus diungkapkan seperti itu? Seperti seorang anak kecil tadi kepada kakak pengajarnya.
Kita tidak perlu mengharapkan balasan lebih darinya. Kita hanya tau bahwa kita memang mencintainya.
Sepertinya juga yang pernah penulis besar bilang dengan bahasa kerennya:
"Aku mencintaimu, biarlah, ini urusanku. Bagaimana engkau kepadaku, terserah, itu urusanmu."
Hai sayang..
Mungkin kau juga pernah sama denganku, menyukai lawan jenis di usia 'bau kencur'mu? Atau kau punya kisah unik tentang masa kecilmu, atau masa kecil orang lain? Hehehe. Jangan sungkan, ceritakan padaku..
Kuharap, kau tak bosan dengan ceritaku.. Karena ada hal lainnya yang selalu ingin kubagi denganmu..
Silahkan lanjutkan aktivitasmu sayang, maaf mengganggu..
Semoga indah harimu.. :)
Selamat pagi yang sudah terlanjur siang.. Hehe
Maaf bila ini adalah saat yang tidak tepat untuk sekadar bercerita padamu. Boleh kan? terimakasih sudah dimaafkan..
Tadi pagi, aku terdiam, di hadapan styrofoam kuning yang bersandar tembok, kuposisikan berdiri di meja kamarku
Styrofoam yang mungkin juga sudah kamu tau, sebagai apresiasi atas peringatan hari lahirku sebulan lalu
Jika kau tanya dari siapa? Tentu dari orang-orang terkasihku di sana. Ya, sebuah kejutan spesial dari seorang yang spesial.
Aku berterimakasih padanya sekali lagi. Karena dia menginspirasiku untuk menulis ini.
Dia menginspirasiku untuk bercerita tentang hari lahir, tentang anak kecil, masih tentang cinta.
Orang tuaku bilang, Aku lahir pada Juli, di hari senin, 23 tahun yang lalu. Di sebuah kasur hangat yang dibeli oleh kehangatan cinta kedua pahlawan superku
Jika boleh kuingat. Sekitar usia sekolah dasar. Aku menyukai seorang gadis kecil, anak bungsunya pak ustadz. Ya, aku suka anaknya pak ustadz karena wajahnya manis sekali jika dipandang. Berawal dari ledekan kaka kandungku, aku jadi menyukainya.
Entah, setiap kali kudengar gadis itu disukai yang lain, aku memilih untuk berhenti mengaguminya tanpa ada rasa cemburu, lalu menemukan gadis lain.
Tentu, di usia itu aku tidak tahu terbuat dari bahan apa dan ada di mata pelajaran sekolah dasar mana, rasa cemburu itu?
Saat berbagi unek-unek dengan teman masa kecil kita selalu bilang "aku suka dia". Daripada "aku sayang dia" atau "aku cinta dia". Sebab kedua kata sakral itu terlalu berat bagi anak-anak yang mudah terkena bisul, masih sibuk mengelap ingus, nonton kartun, atau bermain apa saja yang menyenangkan hati di usianya.
"Suka" mungkin lebih tepat disandingkan pada anak kecil yang belum tahu
menahu tentang anugerah dari-Nya, sebuah perasaan maknawi yang
seringkali orang dewasa menyebutnya sebagai "cinta"
Dan kau ingat kata 'cieee'? yang lebih sering sukses membuat dua anak kecil jadi salah tingkah atau malu-malu kucing? Hehe
Mungkin kau menerka-nerka sesaat, kau pernah dapat atau menghadiahi temanmu sebuah kata 'cieee' sewaktu kecil. Hanya karena yang lainnya melihatmu bercanda dengan lawan jenismu? Hahaha. Aku yakin kau pernah. Itu mungkin momen teraneh, tapi juga jadi salah satu cerita jenaka yang pernah kita alami.
Tapi, kata 'cieee' bagi remaja yang beranjak dewasa, sebagian orang tentu setuju, bahwa 'cieee' kadangkala adalah ungkapan rasa cemburu. Mungkin kau salah satu orang yang setuju? Sudah, jujur saja! haha
Tapi juga, kata 'cieee' sangat tidak tepat dihadiahi pada dua orang dewasa yang jatuh cinta. Karena kata 'cieee' sudah ada dan sesuai pada masanya.
Aku yang masih ingusan juga pernah menyukai gadis lainnya, gadis yang rambutnya sangat khas dikepang dua. Sampai suatu ketika, aku menyaksikan dia, yang jaman itu populer dengan sebutan 'ditembak' sahabatku sendiri. Suka dalam diamku berakhir hari itu. Tapi lagi-lagi, sebagaimana anak kecil lainnya, aku tak paham seperti apa itu rasa cemburu. Bahkan aku turut senang, dan mengucapkan selamat pada sahabatku. Hal seperti itu dikenal sebagai 'Nikung' di masa kita sekarang. Haha
Tidak berhenti sampai di situ. Dua tahun sebelum lulus sekolah dasar. Aku berjumpa dengan seorang gadis berponi. Si Hitam Manis. Dia sering menyuratiku, demikian juga aku yang rajin membalasnya. Dan saat itu, kami adalah dua anak kecil yang saling menyukai satu sama lain. Seakan, berkejaran dan saling bertukar ejekan adalah mata pelajaran sekolah dasar yang paling menyenangkan.
Sampai tiba waktunya, dia menyuratiku, dia sedih katanya, karena setelah kenaikan kelas 6, dia harus pindah rumah, juga pindah sekolah. Karena SDN Cipayung II, tempat kami berjumpa, terlalu jauh untuk rumah barunya.
Aku sedih kehilangan teman. Sekaligus juga sedih, suka dalam diamku tak lagi tersampaikan.
Tapi kukira, jauh di sisi lainnya. Anak kecil lebih cepat bahagianya, daripada orang dewasa.
Mereka akan segera lupa akan sedihnya, ketika kesenangan baru ada di hadapannya. Anak kecil selalu mewujudkan apa yang dimimpikannya, sambil mengikat kain sarung ke lehernya bak jubah emas, dia bermimpi bahwa dirinya adalah seorang pahlawan, seorang jagoan, atau seorang dengan kekuatan super yang bahkan bisa mengobati hatinya sendiri di saat sedih. Seakan dia sadar, bahwa dia adalah satu-satunya pemberani di muka bumi.
Berbeda dengan banyak orang dewasa yang selalu menyerah, sebelum melakukan apa-apa. Orang dewasa kadangkala berhenti bermimpi atau sempat bermimpi tapi hanya sekadar mimpi. Tidak lebih dari apapun. Dan benar saja, aku merenungi ini ke dalam diriku. Bagaimana denganmu?
Bicara anak kecil, sekitar 3 tahun yang lalu. Aku mengajar di salah satu sekolah dasar terpencil di daerah Garut, Desa Kramatwangi, daerah Cisurupan. Aku jadi ingat, anak-anak didikku memberiku julukan 'kakak jenggot'. Karena di antara Kakak-Kakak pengajar yang lainnya, hanya aku yang berjenggot. Aku juga mendapat gelar 'kakak terlucu' karena memang aku suka memancing tawa mereka. Aku suka sekali melihat anak kecil tertawa. Meledek siapapun memang hobiku.
Dan di akhir masa mengajar, perpisahan itu tiba. Aku masih ingat, tangis haru pecah satu sekolah. Mereka bergantian memeluk kami, Kakak-kakaknya. Sambil menyambut pelukan mereka, aku menatap langit, berusaha menahan tangis. Menolak momen menyedihkan itu. Aku tak ingin mereka menangis karena melihat wajah sedihku.
Lalu, di antara mereka. Seorang gadis kecil datang padaku. Aku merendahkan tubuhku, menyamai tingginya. Dia memelukku sambil terus menangis. Dia berusaha bilang padaku dengan suara yang parau, agar aku tak melupakan mereka, dia menyayangiku katanya. Aku hanya tersenyum, dan hanya mengiyakan permintaannya, sambil berusaha melarang tangisnya untuk muncul kembali, walau memang tidak mungkin. Kemudian, bekas basah dari bibir mungilnya, dia kecupkan di pipi kananku. Aku masih sangat ingat itu.
Jika kau mencintai orang yang spesial bagimu saat ini. Mungkin, kadang cinta memang harus diungkapkan seperti itu? Seperti seorang anak kecil tadi kepada kakak pengajarnya.
Kita tidak perlu mengharapkan balasan lebih darinya. Kita hanya tau bahwa kita memang mencintainya.
Sepertinya juga yang pernah penulis besar bilang dengan bahasa kerennya:
"Aku mencintaimu, biarlah, ini urusanku. Bagaimana engkau kepadaku, terserah, itu urusanmu."
Hai sayang..
Mungkin kau juga pernah sama denganku, menyukai lawan jenis di usia 'bau kencur'mu? Atau kau punya kisah unik tentang masa kecilmu, atau masa kecil orang lain? Hehehe. Jangan sungkan, ceritakan padaku..
Kuharap, kau tak bosan dengan ceritaku.. Karena ada hal lainnya yang selalu ingin kubagi denganmu..
Silahkan lanjutkan aktivitasmu sayang, maaf mengganggu..
Semoga indah harimu.. :)
Comments
Post a Comment